Belajarlah Memantaskan Diri

Print
Written by Nely Merina

Sumber: static.republika.co.id

Ketika orang sedang terdesak yang sangat, dagang lagi seret usaha lagi mandek, rumah tangga lagi kisruh, anak-anak lagi bandel maka orang yang normal dalam kondisi tersebut akan lebih dekat dengan Allah. Sholatnya akan lebih khusyu, dzikirnya lebih dihayati, malam-malam diisi dengan tahajud yang biasaya jalan-jalan atau tidur. Biasanya jika mendengar majelis ta’lim langsungmelengos tapi ini mendengarkan dengan seksama. Tapi jika lagi senang, tak ada masalah sholat saja seperti tak butuh, tak ada kesungguhan diwajahnya. Jadi wajar saja jika kita lagi susah kemudian berdoa ternyata sulit dikabulkan Allah karena tak ada kesungguhan dari dirinya. Kalo lagi susah saja mendekat kalo lagi senang jauh.

Allah sebenarnya bukan tak mau mengabulkan. Tapi Allah ingin kesungguhan dari diri kita.Atau menunggu kesiapan kita saat kita menerima karunia Allah, banyak yang ternyata belum siap akan karunia allah. Jika ada orang yang zaman susah saja sombong, apalagi jika menjadi orang kaya. Jika Allah belum memberi karunia berarti Allah merasa kita belum siap takut saat mendapat karunia menjadi berubah. Bukan berarti Allah melarang hambanya untuk meminta karunia namun sebelum kita meminta karunia Allah maka belajarlah untuk memantaskan diri.

Misalnya ada seorang ikhwan yang berdoa meminta istri yang sholehah, namun belum juga dapat itu berarti ia belum sholeh. Takut akan mengecewakan istrinya yang sholehah. Si ikhwan disuruh Allah untuk memperbaiki diri dulu, disuruh untuk memantaskan diri menjadi sholeh baru akan mendapatkan istri yang solehah.

Allah itu takut saat kita diberi karunia langsung takabur, langsung lupa daratan. Ada orang yang waktu belum mendapatkan perkerjaan, siang malam dekat dengan Allah. Tahajud terus menerus, namun saat diberi pekerjaan justru ia menjauh dari Allah. Allah murka dan dicabut oleh Allah taufiknya. Sama seperti riwayat Qarun dan Haman contohnya. Itulah contoh nyata manusia yang belum siap dengan karunia Allah, ia lupa sehingga dilaknat Allah.

Terkadang manusia itu suka mengatur-atur sesuai dengan rencananya sendiri padahal terkadang rencana yang telah diaturnya itu tidak baik baginya. Allah itu tahu apa yang terbaik bagi kita, terkadang kita mendapatkan suatu manfaat  di atas tangan musuh, dan terkadang kita tersakiti ditangan-tangan yang kita cintai.

 

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah: 216)

 

Kita harus percaya pada ketentuan Allah, pecaya terhadap qudrat Allah secara mutlak tanpa terkecuali: sesungguhnya Allah atas segala sesuatu . Allah maha kuasa dan qudrat Allah itu tergantung pada iradat-Nya, sehingga tiada sesuatu tanpa qudrat dan iradat-Nya. Apabila Allah berkehendak, maka berjalanlah qudrat-Nya dengan perintahnya: sesungguhnya perintah Allah Jika menghendaki sesuatu hanya berkata kun maka terjadilah apa yang terjadi. Jadi janganlah patah harapan tetapi tetaplah berusaha untuk memantaskan diri. 

Wednesday the 24th. Pesantren Kehidupan. Hostgator coupon - All rights reserved.