Sholat Menurut Ibnu Qoyyim

Ibnul Qayyim berkata, “Tingkatan manusia di dalam shalat ada lima :

Pertama, orang yang sangat zalim terhadap dirinya sendiri. Mereka adalah orang yang wudhunya tidak sempurna, waktu shalatnya tidak terjaga, syarat dan rukunnya tidak diperhatikan;

Read more: Sholat Menurut Ibnu Qoyyim

Hikam 11 Tentang Tawadhu'

 

“ Tanamlah dirimu dalam tanah kerendahan, sebab setiap sesuatu yang tumbuh tetapi tidak ditanam maka tidak sempurna hasil buahnya”
 
Rasulullah Saw. Bersabda;” siapa yang merendahkan diri (tawadhu’) maka Allah akan memuliakannya, dan siapa yang sombong, Allah akan menghinakannya.
 
Tidak ada yang lebih berbahaya bagi salik (orang yang hendak mendekatkan diri pada Allah) daripada menginginkan kedudukan dan kemasyuran (terkenal) ditengah-tengah pergaulan masyarakat.
 
Ibrahim bin ad-ham berkata:” tidak membenarkan Allah (benar-benar bertujuan pada Allah) orang-orang yang cinta kemasyuran”.
 
Ayyub Assakh-tiyaany ra. Berkata:” Demi Allah, tiada seorang hamba yang sungguh-sungguh iklas pada Allah, melainkan ia merasa senang, gembira jika ia tidak mengetahui kedudukannya”
 
Sebagian ulama’ berkata:” tidak akan menemukan manisnya akherat orang yang cinta akan bahwa manusia mengenalnya”
Cinta pada kemasyuran dan tingginya kedudukan akan merusak keiklasan seorang hamba karena kecintaan pada kemasyuhan dan kedudukan akan menjatuhkan pandangan manusia pada dirinya sendiri. Manusia yang selalu memandang dirinya sendiri dan orang lain maka tidak akan lepas tujuannya dari mencondongkan pandangan manusia padanya lalu nafsunya mengajak pada riya’. Sejauh mana seseorang mampu bersifat khumul maka sebesar itulah keadaan iklasnya hingga pada akhirnya dia tidak lagi memandang keiklasannya.
 
Iklas merupakan puncak kesulitan atas nafsu dan merupakan paling mulianya sesuatu dalam wujud.  Yusuf bin khusen ra berkata:” paling sulitnya sesuatu didunia adalah iklas”. Dalam membahas tentang iklas ini, syeikh Abu Tholib Al Makky ra mengatakan,” iklas itu adalah mengeluarkan makluk dalam hubungan dengan Allah”. Bahkan hujjatul islam Imam Al Ghozali mengatakan dalam kitab ihya’ ulumiddin bahwa barangsiapa yang dalam hidupnya pernah iklas dengan murni meski sekejab maka dia selamat”. Ikhlas menurut muhibbin adalah tidak beramal karena nafsu tapi karena Allah, sedangkan iklas bagi muwahhidin (orang-orang yang mengesakan Allah) adalah keluarnya seseorang dari memandang pada dirinya dan makluk dalam amal dan meninggalkan tenang dan lega dengan makluk dalam amal batinnya”
 
Jika seorang hamba telah khumul dan lazim dalam sifat tawadhunya maka dia tidak akan pernah merasakan kehinaan, jiwanya akan bersih, hatinya akan bersinar dengan nur iklas, dan akan menerima derajat yang pling tinggi atau paling sempurnanya bagian cinta Allah yang hakiki.
(syarah hikam Ibnu Abd Arrondi) 
 

Nikmat dan Bala adalah Jalan Mendekati Allah SWT

 

 
BARANGSIAPA YANG BELUM MAU TUNDUK, PATUH, TAAT MENGHADAP KEPADA ALLAH DENGAN KELEMBUTAN-KELEMBUTAN KARUNIA KEBAIKAN DARI ALLAH, MAKA IA AKAN DIIKAT UNTUK MENGHADAP KEPADA-NYA
 DENGAN RANTAI-RANTAI UJIAN DAN COBAAN

Yang Allah serukan kepada manusia dalam hidup ini adalah perintah untuk tunduk, patuh, taat, menghadap, beribadah dan mengabdi hanya kepada-Nya

Read more: Nikmat dan Bala adalah Jalan Mendekati Allah SWT

Friday the 19th. Pesantren Kehidupan. Hostgator coupon - All rights reserved.